Tentang Kami

Sejarah dan Penetapan Kawasan Konservasi
Kawasan Laiwangi Wanggameti telah mendapat perhatian sejak masa kolonial Belanda pada 1930. Pemerintah Hindia Belanda menetapkan wilayah ini sebagai area perlindungan alam pertama kali. Langkah ini menjadi fondasi penting bagi upaya konservasi di Pulau Sumba.
Pada tahun 1965, Bupati Sumba Timur memperkuat status kawasan sebagai area perlindungan hidrologis. Kemudian melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.576/Kpts-II/1998 tanggal 3 Agustus 1998, wilayah seluas 47.010 hektar resmi ditetapkan menjadi Taman Nasional. Status ini mencakup empat kecamatan di Kabupaten Sumba Timur yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati.
Nilai-Nilai Kami

Kearifan Lokal
Kami menghormati dan mengintegrasikan pengetahuan tradisional masyarakat Sumba dalam setiap program pelestarian. Pendekatan ini memadukan praktik adat dengan metode konservasi modern yang telah terbukti efektif. Kolaborasi dengan komunitas lokal menjadi kunci keberhasilan menjaga keseimbangan ekosistem kawasan.

Transparansi Pengelolaan
Setiap kegiatan pengelolaan taman nasional dilakukan dengan sistem pelaporan yang terbuka dan terukur. Kami memastikan penggunaan sumber daya dilakukan secara bertanggung jawab untuk kepentingan konservasi jangka panjang. Keterbukaan informasi kepada publik menjadi komitmen dalam membangun kepercayaan bersama stakeholder.

Pendidikan Lingkungan
Kami berperan aktif meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati Sumba. Program edukasi lingkungan dirancang untuk semua kalangan mulai dari anak sekolah hingga masyarakat umum. Pembelajaran tentang ekosistem unik kawasan ini menjadi investasi untuk keberlanjutan masa depan.

Inovasi Konservasi
Penerapan teknologi dan metode terkini menjadi bagian dari strategi konservasi yang kami lakukan. Pemantauan satwa menggunakan perangkat modern membantu pengumpulan data lebih akurat dan efisien. Kami terus beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan efektivitas perlindungan kawasan.

Kekayaan Flora dan Vegetasi Endemik
Vegetasi di kawasan kami sangat beragam dengan karakteristik unik hutan elfin atau hutan kerdil. Jenis pohon seperti kayu manis, kenari, jambu hutan, dan cemara tumbuh subur di seluruh area. Pohon cendana menjadi tanaman unggulan yang memiliki nilai ekonomi dan ekologi tinggi.
Taman nasional ini merupakan perwakilan berbagai tipe hutan yang ada di Pulau Sumba. Spesies tanaman lainnya termasuk pulai, beringin, honggi, suren, taduk, dan kesambi yang memperkaya ekosistem. Setiap jenis flora memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan kawasan konservasi.

Satwa Langka dan Keanekaragaman Fauna
Kami menjadi rumah bagi 176 jenis burung termasuk spesies endemik yang dilindungi. Burung kakatua jambul jingga, rangkong Sumba, dan pungguk weni menjadi primadona pengamatan satwa. Keberadaan mereka menunjukkan kesehatan ekosistem yang terjaga dengan baik di habitat alami.
Selain avifauna, kawasan ini juga melindungi 22 jenis mamalia dan 29 jenis reptil. Kera ekor panjang, rusa timur, babi hutan, biawak, dan ular sanca Timor hidup bebas. Terdapat pula 115 jenis kupu-kupu dan 7 jenis amfibi yang menjadikan kami sebagai surga keanekaragaman hayati.
Komitmen Pengelolaan dan Pelestarian Berkelanjutan
Pengelolaan kawasan menerapkan prinsip keberlanjutan ekologis dengan melibatkan masyarakat sekitar. Kami bekerja sama dengan Desa Ramuk dan Katukai yang berada di dalam wilayah taman nasional. Pendekatan kolaboratif ini memastikan pelestarian alam berjalan seiring dengan kesejahteraan masyarakat lokal.
Sebagai bagian integral dari lingkungan Sumba, kami terus melakukan pemantauan dan perlindungan habitat satwa. Program konservasi mencakup penelitian ilmiah, edukasi lingkungan, dan pengembangan ekowisata yang bertanggung jawab. Setiap upaya ditujukan untuk menjaga warisan alam ini bagi generasi mendatang di Nusa Tenggara Timur.